Pages

Random post

Hebohh.. Miss World Tanam Bakau di Starfood

Jumat, 13 September 2013

sekian banyak kegiatan miss world di indonesia. mulai dari ajang pementasan miss world, belajar tari adat bali, pelepasan penyu. suatu kehormatan bagi lamongan karena dikunjungi miss world sebagai pelabuhan terakhir berada di indonesia.

tepatnya di PT. Starfood International Lamongan. miss world melakukan kegiatan terakhirnya menanam pohon mangrov di sekitar kawasan pabrik starfood.

kegiatan ini dilakukan karena situasi yang buruk dan bau yang kurang segar akibat limbah pabrik. maka bergerak keinginan miss world untuk menciptakan lingkungan yang bersih, segar, dan indah. terutama dilaut.

berikut hasil pengambilan gambar saat miss world ada di lokasi starfood.







hh.. cuma bercanda bro..

Cara Melihat Shutter Count dan Batas Maksimal Shutter Count Kamera

Jumat, 30 Agustus 2013

Mengetahui jumlah “Shutter Count” kamera dan batas maximal shutter count kamera DSLR sangatlah penting bagi Anda yang mempunyai kamera digital karena dengan mengetahui berapa “Shutter Count” dari kamera Anda maka Anda akan mengetahui pula umur dari kamera anda tersebut.
Shutter count adalah jumlah total berapa kali shutter dikamera Anda telah di pencet sehingga menghasilkan satu foto. Melihat jumlah shutter count sangat berguna saat kita akan membeli kamera bekas. Paling tidak kita telah meminimalkan resiko karena kita jadi memiliki ancang-ancang sampai kapankah kamera bekas yang akan dibeli bisa bekerja dengan baik, sehingga saat kita bisa menawar harga kamera bekas dengan lebih teliti.
Cara melihat jumlah shutter count pada kamera Nikon, atau melihat shutter count pada Canon EOS atau merek kamera lainnya pada dasarnya caranya sama. Akan tetapi maksimal jumlah shutter count setiap vendor kamera, baik itu Nikon, Canon, Sony, Olympus, Fuji, Pentax dan lain menerapkan teknologi dimana “Shutter Count” atau jumlah jepret kamera mempunyai ambang batas. Ada batasan yang berbeda berapa kali shutternya itu bisa buka dan tutup lagi berulang-ulang sebelum shutternya itu berhenti bekerja.
Maksimal Shutter Count Kamera
Pengaruh jika shutter count kamera sudah di atas expected lifetime sesuai design pabriknya, kemungkinan cukup besar shutternya akan berhenti bekerja atau kamera sudah tidak bisa digunakan lagi sebelum mengganti shutter boxnya.
Ada 2 cara untuk mengetahui jumal shutter count kamera diantaranya secara online dan offline dengan menggunakan foto terakhir yang dihasilkan dari kamera yang ingin di cek jumlahnya. Berikut ini tips mengetahui berapa shutter count kamera kita.

Cara Melihat Shutter Count Kamera

1. EXIF Viewer Online (http://regex.info/exif.cgi)
Melihat jumlah shutter count dengan EXIF viewer ini gratis, gampang dan mudah. Hanya dengan upload foto terakhir yang dihasilkan dari kamera yang ingin kita lihat jumlah shutter countnya sudah mendapatkan data exif yang komplet.
2. Software Exif Viewer
Dengan download program exif viewer kita bisa menggunakannya untuk melihat data exif termasuk jumlah shutter count pada kamera. Berikut ini beberapa Program/Software Exif Viewer yang bisa Anda coba gunakan:
  • EOS Info : program untuk mengetahui jumlah shutter count kamera Canon (EOS) dan hanya untuk windows. (http://astrojargon.net/EOSInfo.aspx)
  • Opanda Exif viewer : program khusus exif viewer untuk Windows. (http://opanda.com/en/iexif/)
  • iExifer : aplikasi untuk melihat data exif foto dan jumlah shutter count yang bekerja di OS-X (Mac) (http://www.cocoawithchurros.com/iexifer.php)
  • irfanview: http://www.irfanview.com/
  • myshuttercount (http://www.myshuttercount.com/ )
Dan berikut ini expected lifetime/batas Maksimal Shutter Count Kamera Nikon, Canon dan Olympus. Tapi ini semua hanya hasil test dari produsen. Jadi kebenarannya tergantung banyak faktor yang mempengaruhi, kadang bisa lebih, kadang bisa kurang.

Batas Maksimal Shutter Count Kamera Canon:

  • Canon EOS Digital Rebel XS / 1000D – 100,000
  • Canon EOS Digital Rebel T1i / 500D – 100,000
  • Canon EOS Digital Rebel XSi / 450D – 100,000
  • Canon EOS Digital Rebel XTi / 400D – 50,000
  • Canon EOS Digital Rebel XT / 350D – 50,000
  • Canon EOS 50D – 100,000
  • Canon EOS 40D – 100,000
  • Canon EOS 30D – 100,000
  • Canon EOS 20D – 50,000
  • Canon EOS 5D Mark II – 150,000
  • Canon EOS 5D – 100,000
  • Canon EOS 1D Mark III – 300,000
  • Canon EOS 1D Mark II N – 200,000
  • Canon EOS 1DS Mark III – 300,000
  • Canon EOS 1DS Mark II – 200,000

Batas Maksimal Shutter Count Kamera Nikon :

Nikon D40
Average number of actuations after which shutter is still alive: 13,057.2
Average number of actuations after which shutter died: 106,250.9
Nikon D40X
Average number of actuations after which shutter is still alive: 12,741.9
Average number of actuations after which shutter died: 16,075.7
NIKON D50
Average number of actuations after which shutter is still alive: 41,674.3
Average number of actuations after which shutter died: 18,599.0
Nikon D60
Average number of actuations after which shutter is still alive: 9,644.9
Average number of actuations after which shutter died: 8,625.3
NIKON D70
Average number of actuations after which shutter is still alive: 38,452.0
Average number of actuations after which shutter died: 51,807.2
NIKON D70s
Average number of actuations after which shutter is still alive: 27,040.6
Average number of actuations after which shutter died: 76,415.3
NIKON D80
Average number of actuations after which shutter is still alive: 16,002.4
Average number of actuations after which shutter died: 22,861.5
NIKON D200
Average number of actuations after which shutter is still alive: 74,082.7
Average number of actuations after which shutter died: 146,533.2
Nikon D300
Average number of actuations after which shutter is still alive: 162,997.2
Average number of actuations after which shutter died: 62,002.3

Batas Maksimal Shutter Count Kamera Olympus :

Olympus E-300
Average number of actuations after which shutter is still alive: 18,302.8
Average number of actuations after which shutter died: 12,666.7
Olympus E-330
Average number of actuations after which shutter is still alive: 14,060.0
Average number of actuations after which shutter died: 15,209.0
Olympus E-510
Average number of actuations after which shutter is still alive: 11,416.1
Average number of actuations after which shutter died: 10,700.0
Olympus E-500
Average number of actuations after which shutter is still alive: 37,104.0
Average number of actuations after which shutter died: 4,107.7
Olympus E-520
Average number of actuations after which shutter is still alive: 36,000.0
Average number of actuations after which shutter died: no data
Standart jumlah maksimal shutter count kamera DSLR yang baik adalah mencapai shutter count sekitar 100 ribu (ada juga yang sampai 200ribu), jadi secara total kita bisa menghasilkan 100 ribu foto dari satu kamera SLR tanpa kamera mengalami kerusakan mekanis.

sumber dari : tipsfotografi.net

Tips Memotret Model atau Modeling Photography

Kalau sebelumnya tips memotret portrait sudah kami sharing, sekarang saatnya membahas tips memotret model yang lebih keren disebut modeling photography. Dalam suatu kesempatan workshop, Arbain Rambey senior fotografer Kompas mengatakan, hal terpenting memotret model adalah ekspresi, gestur atau gerakan tubuh, selanjutnya lain-lainnya misalnya pencahayaan, background dan sebagainya.
Meskipun model memiliki wajah cantik dan seksi, namun jika gerakan tubuh kaku tidak bisa pose akan menghasilkan foto yang kurang menarik.
Kalau kita mendengar kata model, bayangan kita selalu pada sosok wanita yang cantik, muda dan memiliki tubuh yang bagus. Istilah ini sebenarnya salah, karena pengertian model adalah orang yang menjadi objek dalam sebuah foto. Mulai dari bayi, remaja, orang tua sampai kakek nenek. Bahkan seekor binatang pun bisa disebut model. Nah dalam artikel ini sudah benar anggapan kita yang pertama, tips memotret model seorang wanita cantik itu:).

Contoh Foto Model CloseUp
copyright rullytrisaputra.com

Salah satu cara memotret model adalah menguasai atau paling tidak mengerti unsur-unsur teknisnya. Karena sedap tidaknya sebuah foto dipandang tetap dibangun oleh unsur-unsur teori dasar fotografi. Tak perlu rumit-rumit, cukup dengan bermain-main dengan komposisi (baca Rule of Third) dan pencahayaan, maka sebuah foto model bisa dibuat dengan benar. Selebihnya, tinggal bagaimana cara fotografer mengarahkan pose dan ekspresi sang model. Dan jangan lupa terapkan teori segitiga exposure dalam memoret model.

Contoh Foto Model Fashion
copyright rullytrisaputra.com

Kemampuan model berpose dan berekspresi tetap menjadi unsur yang tak terpisahkan dari keberhasilan sebuah foto model. Dalam hal ini, selain bisa memotret Anda dituntut mengerti seperti apa pose model yang sesuai dengan tema pemotretan saat itu. Sebuah kedekatan emosional, kemampuan berkomunikasi menjadi poin penting dalam hal mengarahkan pose dan expresi mode. Baca tips memotret portrait.

4 Hal Terpenting Saat Memotret Model (Modeling Photography)

1. Ekspresi : Ciptakan sebuah ekpresi yang menyenangkan pada si model, kendalikan setiap suasananya. Tugas fotografer adalah mencairkan suasana sehingga secara tidak sadar didapatkan ekspresi model yang natural dan menarik. Seperti kita ketahui setiap orang punya kelebihan dan kelemahan. Tugas fotografer saat memotret model adalah mengurangi, mengeliminasi kelemahan pada objek sehingga yang tampil adalah bagian-bagian yang menarik. Perlu kesabaran dalam mengambil momen yang baik. Beda 30 detik dapat menghasilkan foto dengan mode yang berbeda dari sebelumnya atau sesudahnya.
2. Gestur atau Sikap/Gerakan Tubuh : Gerakan tubuh model saat berpose harus semenarik mungkin. Jika ada bagian tubuh yang kurang proporsional dianggap sebagai kelemahan, kurang disukai oleh orang yang melihat foto, maka perlu dieliminasi mengambil dari sudut yang dapat menutupi kelemahan. Memotret wajah saja (close up) paling mudah, memotret setengah badan agak sulit, dan memotret seluruh badan paling sulit karena mengarahkan sikap tubuh dan harus mengeliminasi semakin banyak objek yang tidak diperlukan.
3. Harmoni dengan Background : Latar belakang sebuah foto bisa membuat indah, namun juga bisa membuat foto model rusak. Jika latar belakang dianggap mengganggu, istilah yang umum kebocoran objek, maka dapat dikaburkan dengan setingan apperture lebar F number kecil (baca artikel Memahami DOP/Depth Of Field ). jika tidak dapat dikaburkan dapat diambil lebih besar (close up) untuk menghilangkan bagian yang tidak diinginkan. Penyesuaian dengan latar belakang menjadi pertimbangan yang penting dalam fotografi.
4. Pencahayaan : Fotografi adalah bagian dari permainan cahaya. Sehingga kunci fotografi harus beurusaha pandai bermain cahaya, pengendalian cahaya kuat dan lemah. Bayangan pada foto untuk dikendalikan, foto tanpa bayangan terasa mati. Pengambilan dari arah yang tepat akan menjadikan foto menarik. Sumber pencahayaan terburuk adalah blitz/flash bawaan kamera yang arahnya tegak lurus dari kamera terhadap objek.

Tips Memotret Model Yang Harus Diperhatikan


Contoh Foto Model Hitam Putih
copyright rullytrisaputra.com

1. Konsep : sebelum memulai memotret model tentukan dulu konsep yang diinginkan. Agar si modelpun tidak bingung saat memilih kostum. Dengan konsep, foto model Anda akan lebih memiliki cerita dibandingkan memotret model tanpa konsep.
2. Properti : Pemanfaatan properti pun jangan disepelekan demi menciptakan suasana. Untuk itu usahakan memanfaatkan properti terlebih sesuai dengan konsep. Namun juga jangan terlalu berlebihan menggunakan propertinya. Jika anda lupa mempersipakan, manfaatkan properti yang sudah ada di lokasi.
3. Kostum dan Makeup : Dalam pemotretan model, make up dan kostum merupakan hal terpenting. Carilah kostum yang tepat dengan model dan konsep yang sudah ditentukan. Begitu juga dengan make up, buatlah makeup yang sesuai dengan konsep atau keinginan Anda. Kostum dan make up akan sangat mempengaruhi keberhasilan foto kita nantinya.
4. Waktu : jika kita melakukan pemotretan di luar ruangan, waktu yang ideal adalah jam 8-10 pagi dan 3-5/6 sore. Seperti pada artikel tips fotografi landscape sebelumnya, pada waktu-waktu tersebut cahaya matahari masih lembut. Sehingga bayangan yang muncul di bagian bawah kelopak mata, hidung dan leher tidak terlalu keras.
5. Lokasi : Carilah lokasi yang kira-kira cocok dengan konsep foto model Anda. Carilah lokasi seperti taman atau lainnya yang memiliki kondisi cahaya yang cukup dan tidak ramai. Kecuali Anda sudah memiliki peralatan lighting yang memadai.
6. Peralatan : Selain kamera+memory siapkan juga peralatan mendasar untuk memotret model. Reflector, sangat dibutuhkan memotret model yang berfungsi sebagai media pantul dari cahaya matahari atau disebut sebagai fill in light.
7. Komposisi dan Pengambilan Angle : Soal komposisi terkadang menjadi pilihan fotografer ingin seperti apa foto yang diinginkan. Aturan Rule of Third menjadi modal awal untuk memotret model dalam hal komposisi. Begitu juga dengan sudut pengambilan, misalnya potretlah obyek kita sejajar dengan obyeknya.
8. Olah Digital : Pada saat tertentu, karena kebutuhan konsumen atau lain halnya, kita kadang perlu mengolah sedikit maupun banyak akan hasil foto model kita. Penting untuk diperhatikan adalah tone/warna kulit, kostum dll. Berhati-hatilah dalam hal bermain warna, sebisa mungkin warna natural adalah pilihan yang aman.
Membuat foto model bisa disebut berhasil jika fotografer berhasil mengkomunikasikan ide di benaknya kepada para pemirsa foto. Jika pemirsa foto mengernyitkan dahi pertanda bingung atau memicingkan mata pertanda tak nyaman memandang, maka bisa dibilang pemotretan belum berhasil sepenuhnya.

sumber dari : tipsfotografi.net

Definisi dan Fungsi ISO pada Fotografi



Belajar Fotografi ISOSecara arti ISO atau ASA (dalam fotografi film) adalah kemampuan atau tingkat sensitifitas sensor pada kamera terhadap cahaya. Sebagai dasar fungsi ISO pada fotografi, semakin besar nilai pada setingan ISO kamera, maka semakin sensitif dan besar cahaya yang didapatkan. Fitur ISO pada kamera akan menjadi bagian dari segitiga exposure selain Shutter Speed dan Aperture.
Ok mari kita berandai lagi, misal ISO=kerikil kemudian dimasukkan ke gelas yang akan diisi air. Dengan bantuan kerikil tersebut, untuk mengisi air kedalam gelas hingga pas di bibir gelas, maka tidak memerlukan air yang banyak. Begitu juga dengan ISO pada fotografi, semakin tinggi ISO semakin sedikit cahay yang dibutuhkan untuk mencapai exposure yang tepat.
Selain AUTO, satuan nilai ISO pada kamera ditandai dengan nilai yang dimulai dari angka 50/100, 200, 400, 800, 1600 dan seterusnya sesuai spesifikasi kamera. Pada kamera DSLR profesional, ISO Nikon D600 misalnya mampu mencapai ISO hingga nilai 25000.
Selain bisa menambah sensitifitas cahaya yang didapatkan, ISO juga bisa menimbulkan noise pada hasil fotonya. Namun untuk kamera digital di era perkembangan teknologi saat ini, ISO tinggi sudah bukan menjadi kendala. D3 dengan ISO 25600 masih mendapatkan foto dengan noise yang rendah:).

Ada yang belum tahu istilah fotografi NOISE ? Noise adalah bintik-bintik kecil yang ada pada foto. Selain Noise, dengan menggunakan nilai ISO yang tinggi juga dapat menyebabkan berkurangnya kualitas foto yang dihasilkan. Misalkan warna kurang keluar, foto jadi kurang detail/tajem dll.

Kapan Menggunakan ISO

Iso tinggi biasanya digunakan saat kondisi kurang cahaya, misalnya saat motret malam hari atau indoor. Kapan saat yang tepat memperhatikan atau menggunakan ISO pada kamera ? saat kombinasi 2 bagian segitiga exposure shutter speed dan Aperture belum mendapatkan exposure atau cahaya yang tepat.
Pada saat kondisi seperti itulah Anda bisa menaikkan nilai ISO sampai mendapatkan cahaya yang cukup dan memperoleh shutter speed yang ideal. Misalkan pada suatu kesempatan Anda ingin memotret momen yang bergerak di dalam ruangan yang minim cahaya. Idelanya untuk menangkap momen yang cepat adalah menggunakan kecepatan rana yang tinggi, soal besarnya aperture terserah deh, adanya berapa:).
ISO Tips Memotret
Dalam contoh kasus di atas, saya harus menggunakan kecepatan 1/250 agar kamera mampu merekam momen yang bergerak di ruangan indoor tersebut. Namun lensa hanya memiliki aperture terlebar F3.5. Tanpa menambah nilai ISO, saya hanya mendapatkan hasil foto yang underexposured (UE) gelaaap. Nah, dengan mengunci shutter speed 1/250 dan aperture F3.5 saya harus menambah nilai ISO sampai mendapatkan exposure yang tepat.
Pada umumnya, dalam fotografi banyak yang menganjurkan untuk menggunakan ISO sekecil mungkin. Untuk menghindari Noise dan mendapatkan foto yang tajam. Apalagi  jika hasil foto akan Anda print dengan ukuran besar,  Iso kecil sudah menjadi keharusan. Akan tetapi dalam beberapa kasus, Noise kadang diperlukan untuk menambah kesan foto yang lebih dramastis, misalnya foto BW.

sumber dari : tipsfotografi.net

Memotret air terjun di waktu yang tepat



Air terjun terlihat indah tapi secara teknis sulit untuk memotret ari terjun. Temukan cara dan teknis kreatif fotografi air terjun berikut ini. Air terjun menjadi subjek favorit pagi pecinta fotografi landscape. Dengan keindahan gerakan air yang selalu berubah karakternya semakin menambah keindahan alamnya.
Contoh Foto Air Terjun Gerakan adalah aspek kunci dari air terjun, jadi pastikan untuk memasukkannya ke dalam foto Anda. Image by Paul Bica.
Namun memotret air terjun menjadi tantangan tersendiri jika belum memahami teknisnya. Tips fotografi berikut tentang tips memotret air terjun yang akan membantu Anda mengambil gambar air terjun yang menakjubkan. Karena jika kita sudah menguasai sisi teknis dan memiliki rasa kreatif memotret subjek air terjun itu menjadi sangat menarik.

Tips Memotret Air Terjun

Abadikan Gerakan Air Terjun

Salah satu hal yang paling menarik tentang air terjun adalah gerakan airnya itu sendiri. Dari aliran air yang berkelok-kelok di bebatuan, percikan dari semburan air yang menabrak bebatuan. Air terjun selalu penuh energi dan keindahan.
Kunci untuk menangkap gerakan air terjun ini adalah memilih pengaturan kamera terbaik sebelum kita mulai memotret. Atur kamera Anda ke pilihan Shutter Priority or Manual mode untuk pengaturan detailnya sebagai berikut:
1. Shutter Speed
Setiap air terjun itu berbeda, dan tidak ada satu patokan shutter speed atau kecepatan rana yang digunakan, tetapi jika kita ingin menangkap gerakan air terjun, kita harus menggunakan kecepatan rana lambat, biasanya digunakan 0.3 detik hingga beberapa detik sampai efek mendapatkan efek yang diinginkan.
Aturan praktis memotret air terjun yang baik adalah memulai dengan kecepatan 1 detik dan tes mengambil gambar. Cek hasil fotonya pada layar LCD kamera Anda dan sampai Anda mendapatkan efek kabut atau efek lainnya.
2. Gunakan Tripod
Dengan kecepatan rana rendah kita tidak akan dapat memegang kamera dengan tangan. Sebuah tripod kokoh merupakan aksesori kamera digital penting memotret air terjun.
3. ISO
Set ISO Anda serendah mungkin, biasanya sekitar ISO 100 atau lebih rendah bila memungkinkan. Hal ini mengurangi sensitivitas kamera kita, memungkinkan kita untuk menggunakan kecepatan rana lambat tanpa overexposure. Menggunakan setingan ISO rendah juga memiliki manfaat tambahan untuk mengurangi noise.
4. Diafragma
Menggunakan pengaturan aperture lensa hingga semsempit mungkin akan mengabitkan waktu bukaan rana semakin lama. Namun dengan menggunakan setingan bukaan kecil akan memberikan kedalaman maksimum foto air terjun kita, serta membuat detail fokus foto yang maksimal.
5. Filter
Jika kita tidak bisa mendapatkan pengaturan shutter speed lambat maka kita harus menggunakan beberapa filter untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke sensor kamera. Filter neutral density (ND) bisa digunakan untuk mengurangi cahaya serta merubah efek warna air terjun.
Filter alternatif lainnya yang sangat baik adalah filter polarisasi (CPL). Filter CPL dapat melakukan pekerjaan yang sama seperti filter ND dan juga memiliki manfaat tambahan untuk mengurangi refleksi (misalnya dari air, batu basah, dan daun) dan meningkatkan saturasi warna untuk gambar yang lebih jelas.
Sinar matahari yang sangat cerah dengan mudah dapat merusak foto air terjun. Karena kekuatan cahaya yang menyinari air terjun akan menyulitkan kita untuk mendapatkan exposure yang tepat. Hal ini juga menyebabkan banyaknya refleksi di air di benda yang basah.
Tips Memotret Air Terjun Hindari sinar matahari terang untuk menjaga eksposur Anda bahkan. Image by Nicholas.
Untuk menghindari masalah ini, memotret air terjun disarankan saat setelah dan sesudah matahari terbit atau terbenam. Karen saat waktu tersebut cahaya matahari masih lembut dan lebih menyebar. Saat matahari terbit dan ternggelam membuat kita lebih mudah untuk mendapatkan eksposur yang baik. Selain itu cahaya yang masuk ke sensor kamera juga akan berkurang sehingga memungkinkan kita untuk menggunakan setingan kamera dengan kecepatan rana lambat. Hari mendung juga bisa menghasilkan kondisi pencahayaan yang sangat baik untuk alasan yang sama.

Cari Komposisi yang Menarik

Dengan semua aspek teknis memotret air terjun yang perlu dipertimbangkan, sangat mudah untuk melupakan sisi kreatif memotret air terjun itu sendiri. Air terjun yang sama seperti subjek fotografi lainnya yang sudah banyak diunggah jejaring sosial, dan itu kita perlu meluangkan waktu untuk memilih komposisi menarik.

Mencari Sudut Pandang yang Tidak Biasa

Ketika dihadapkan dengan memotret air terjun, kebanyakan orang akan memotret dengan berdiri tepat di tepi sungai atau hilir dan mengarahkan kamera kita secara langsung di air terjun. Dengan cara begini kita akan mendapatkan foto air terjun yang membosankan, karena sudah sangat sering melihat foto air terjun dengan sudut pandang seperti itu.
Komposisi Foto Air Terjun Mencari sudut yang tidak biasa. Image by Jeff Smallwood.
Luangkan waktu menjelajahi sekitar air terjun untuk menemukan komposisi yang lebih menarik. Cobalah memotret dari atas, melalui pohon atau semak-semak, dari balik air terjun, atau dari atas sungai untuk mencari sudut pandang yang tidak biasa dan lebih kreatif.

Sertakan Pemandangan atau Orang

Harus dikatakan bahwa banyak air terjun terlihat sangat mirip satu sama lainnya, dan kadang-kadang kita mendapatkan perasaan bahwa jika kita pernah melihat salah satu air terjun yang sama padahal kedatangan pertama. Sebuah cara yang bagus untuk memotret air terjun dengan memasukkan unsur-unsur lain yang menambah keindahan air terjun tersebut.
Foreground batu, jembatan, dan tanaman semuanya dapat membantu untuk memberikan konteks foto kita lebih menarik. Dengan cara ini dapat memberikan penampilan rasa yang lebih baik yang pernah kita lihat sebelumnya.

Memotret air terjun dengan bentuk landscape

Karena air terjun cenderung tinggi dan kurus, kebanyakan orang memegang kamera mereka dengan cara portait. Sekali lagi, ini sering menghasilkan foto yang sama seperti foto air terjun yang sudha ada. Memegang kamera Anda dalam orientasi landscape mungkin tampak wajar, tapi hal ini akan memaksa Anda untuk mengambil foto dengan lebih kreatif dengan cara membingkai semua keindahan di sekitar air terjun.

sumber dari : tipsfotografi.net

Tips Memotret Sunrise dan Sunset


ada yang bilang juga, cara memotret sunset/sunrise merupakan salah satu yang harus dipelajari dan dilakukan jika sedang serius mempelajari fotografi. Karena jika Anda sudah dapat memotret suasana sunset atau sunrise dengan baik, setidaknya ada kepuasan tersendiri sudah dapat melampaui ‘tahapan wajib’ dalam pelajaran fotografi dasar.

Namun jika Anda sudah pernah mencoba memotret sunset atau sunrise tetapi kurang puas dengan hasilnya, mari kita simak tips memotret sunset dan sunrise agar dapat hasil yang optimal berikut ini :

Contoh Foto Sunset dan Sunrise
credit foto : nationalgeographic

Tips/Cara Memotret Foto Sunset dan Sunrise

1. Riset Lokasi
Sebelum mendatangi lokasi untuk memotret sunset atau sunrise, ada baiknya menari informasi mengenai lokasi tersebut. Bagaimana menuju ke sana, apa saja yang perlu dipersiapkan, bagaimana kondisi di lokasi. Jangan sampai sudah jauh-jauh datang ternyata tidak mendapatkan sunset ataupun sunrise:(.
2. Cari Referensi
Setelah mendapatkan informasi lokasi memotret sunrise atau sunset, perlu juga mencari referensi foto-foto apa saja yang sudah pernah diambil oleh fotografer lain. Bukan soal meniru, namun sebaliknya. Harapan dengan mencari referensi agar jangan sampai foto kita mempunyai kemiripan, ambil dari sudut dan angle yang berbeda.
3. Berangkat Lebih Awal
Datang lebih awal untuk persiapan serta menentukan spot di mana Anda akan memotret, mengingat momen sunset atau sunrise tidak berlangsung lama. Golden hours adalah saat 1-2 jam sebelum matahari terbenam (sunset) hingga 30 menit sebelum matahari terbenam, dan 1-3 jam sejak matahari terbit, dimana “golden light” atau sinar matahari akan membuat warna keemasaan pada object. Blue hours adalah beberapa saat, biasanya hingga 20-30 menit setelah matahari terbenam (sunset), dimana matahari sudah tebenam, tapi langit belum gelap hitam pekat. Pada saat ini langit akan berwarna biru.
4. Gunakan Tripod dan Kabel Release
Karena momen sunrise atau sunset adalah saat dimana bumi sudah minim akan cahaya matahari, makan harus menggunakan kecepatan rana yang rendah/mabat untuk mendapatkan exposure yang tepat. Maka gunakanlah tripod dan kabel release (jika ada), untuk membantu mengurangi getaran. Sekedar tips jika tidak memiliki kabel release bisa memanfaatkan shutter timer kamera.
5. Tentukan Objek Foto untuk Foreground
Meski tujuan utama adalah memotret sunset/sunrise, namun jangan lupa memberikan tambahan foreground agar foto anda lebih berdimensi. Macam foreground untuk sunset/sunrise bisa dalam dalam bentuk orang, pohon, rumah, kapal perahu, ataupun yang lain. Jika FG tidak ingin dijadikan foto siluet, gunakan flash untuk memberikan cahaya pada objek FG nya. Caranya metering ke sekitar matahari, fokus ke foreground dan jepret:).
6. Gunakan Filter
Filter sangat berguna untuk membuat efek-efek gradasi cahaya yang lebih bagus saat memotret sunrise ataupun sunset. Dengan menggunakan filter ND, GND ataupun CPL dan lainnya, Anda akan mendapatkan efek gradasi yang lebih dramatis.
7. Gunakan Lensa Tele atau Lensa Wide
Memotret sunset atau sunrise menggunakan lensa wide/sudut lebar (wide angel) merupakan hal yang biasa, tetapi jangan hanya terpaku pada lensa itu. Manfaatkan rentang lensa yang lain, misalnya lensa tele. Agar mendapatkan detail dari mataharinya.
8. Gunakan White Balance Cloudy
Seperti pada artikel tips memotret tentang Definisi dan Cara Setting White Balance telah dijelaskan, preset WB cloudy bermanfaat jika kita memotret cuaca mendung dan saat pagi hari atau senja hari. Dengan setingan white balance cloudy, bisa menambah dan memperkuat warna kuning kecoklatan pada warna matahari.
9. Gunakan Spot Metering
Untuk mendapatkan foto sunset atau sunrise yang bagus dengan exposure yang tepat, gunakan mode metering spot atau mode sunset scene jika Anda menggunakan kamera saku untuk memotret sunset/sunrise. Baca juga artikel Memahami Fungsi Metering Kamera Digital. Lakukan metering di sekitar matahari dan jangan tepat di mataharinya.
10. Buatlah Foto Siluet
Foto siluet masih menjadi daya tarik dijadikan foreground/FG pada foto sunrise atau sunset. Karena foto siluet dapat memberikan cerita sendiri pada foto tersebut. Jadi jangan hanya terpaku pada pemandangan langit sunset dan sunrise saja. Cara memotret siluet cukup mudah, arahkan metering kamera ke cahaya yang paling terang (sekitar matahari) kemudian arahkan fokus pada obyek yang akan dijadikan siluet bisa berupa manusia atau apapun yang ada di dekat Anda. Jangan lupa konsep Rule of Third ya:).
11. Perhatikan Matahari
Jangan sampai terlena dengan obrolan bersama teman misalnya, perhatikan kapan saat sunset atau sunrise tiba. Jika sudah tiba, jangan berhenti untuk memotret dan jangan lewatkan momennya. Dan juga jangan buru-buru untuk mengemas kamera jika matahari sudah melewati garis horizon. Karena cahaya sunset saat matahari baru tenggelam alam akan mengeluarkan cahaya yang indah. Dan begitu juga saat pagi hari/sunrise, cahaya saat matahari belum kelihatan juga mengeluarkan cahaya dan warna indah.
12. Berdoalah
Seperti pada artikel tips fotografi landscape, 90% butuh waktu dan tempat yang tepat. Begitu juga dengan memotret sunrise dan sunset butuh kesabaran dan keberuntungan, sudah jauh-jauh datang tiba-tiba datang hujan apa mau dikata ?

Kapan Mengambil Angle Foto Yang Bagus


Berikut ini beberapa tips fotografi kapan saat yang tepat memotret untuk mendapatkan foto yang bagus seperti yang dikutip kompas Selasa, 30 April 2013. Menurut Arbain Rambey fotografer Kompas, dia memberikan contoh saat naik pesawat, kalau bisa pilih penerbangan pagi hari. Karena bisa mendapatkan banyak “bonus” selain hanya bisa terbang.

Tips Saat Tepat Memotret
Dengan memilih penerbangan pagi hari, jika Anda pergi dari kota yang super sibuk seperti Jakarta, selain terhindar dari kemacetan, memilih penerbangan pagi hari juga dapat melihat langit yang masih bersih. Juga bisa melakukan check in lebih awal untuk bisa memilih tempat duduk dekat jendela.
Sudah pati jika kita memilih tempat duduk di dekat jendela, kita bisa belajar teknik memotret di dalam pesawat mengabadikan momen keindahan dari atas melalui jendela pesawat. Kesimpulannya setelah kita keluar duit naik pesawat dan sampai tujuan dengan selamat, kita juga bisa mendapatkan bonus foto-foto indah dari pesawat.
Jika Anda seorang yang memiliki hobi traveling haruslah aktif, jangan hanya numpang tidur di kota orang. Nikmati tempat tujuan wisata yang Anda kunjungi, jangan kebanyakan tidur. Indonesia sebagai daerah beriklim tropis, kita bisa mendapatkan momen yang paling baik yakni di atas jam 8 pagi. Untuk itu bangun pagi secepat mungkin. Kalau mau tidur mending di rumah saja.
Tak hanya cukup kamera profesional dengan peralatan pendukungnya, memotret pemandangan alam juga memerlukan pilihan waktu yang tepat. Seperti yang kita ketahui, untuk menikmati foto landscape di Indonesia diharuskan bangun pagi. Karena jika sudah siang, kita akan mendapatkan foto landscape yang berbeda, cahaya yang terlalu kuat, perbedaan gelap terang yang kuat, dll.
Saat itulah landscape (pemandangan) dilukis dengan cat emas, dan tidak ada bayangan keras. Untuk Indonesia bagian timur, menurut Arbain Rambey masih bagus keindahan landscapenya, sedangkan kalau di barat sudah banyak polusi.
Seninya fotografi adalah kita harus memasukkan fantasi kita. Kalau kita hanya sekedar memasukkan seperti apa adanya, seperti pandangan mata, hasilnya tidak akan terlalu menarik. 

sumber dari : tipsfotografi.net

Kola Terpal


Kolam terpal merupakan salah satu alternatif kolam budidaya lele yang relatif murah jika dibandingkan dengan kolam lain seperti kolam tanah dan kolam beton. Kolam terpal juga mampu mengatasi berbagai resiko yang terjadi pada kolam tanah maupun kolam beton.
Kolam terpal sendiri dibuat dengan menggunakan terpal pabrikan yang dipres sehingga air tidak bocor. Lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat kolam terpal juga dapat berupa tanah tak terpakai, halaman belakang rumah, garasi yang tak terpakai, dan lahan-lahan tak terpakai lainnya.
I.    Keunggulan Kolam Terpal
a.       Lebih fleksibel, dimana penggunaannya dapat di integrasikan dengan kegiatan lain, seperti longyam, pertanian maupun perkebunan dan juga dapat ditempatkan disekitar rumah/pekarangan.
b.      Efesiensi pengunaan air, mengingat untuk budidaya lele sistim terpal kita hanya perlu mengisi air pada awal dan penambahan air dapat juga disesuaikan dengan kondisi, misalnya air dalam kolam terpal berkurang. Dengan demikian sebagai pembudidaya ikan lele tidak akan menjadi penyaing dalam pengambilan air irigasi.
c.       Dapat dibuat dan ditempatkan pada kondisi lahan yang poros/sulit air irigasi
d.      Air media budidaya tidak merembes keluar areal, sehingga akan mengirit penggunaan air bahkan air bekas pemeliharaan sebelumnya hamper setengah bagian dapat juga digunakan lagi untuk pemeliharaan selanjutnya.
e.       Biaya pembuatannya lebih murah daripada membuat kolam beton/permanent atau semi permanent.
f.        Jangka waktu ekonomis kolam terpal dapat mencapai 3 (tiga) tahun atau 4 kali siklus produksi.
g.       Mudah cara merakit/membuat kolam sistim terpal.
II.    Cara Pembuatan Kolam Terpal
Setelah semua bahan tersedia, terlebih dulu ratakan tanah yang akan di pakai untuk mendirikan kolam terpal, jangan sampai ada benda tajam di atasnya. Pada bagian dasar terpal diberikan sekam setebal ± 5 cm sebagai stabilitas suhu dan juga untuk menghindari agar terpal tidak terkeca batu atau benda lainnya sehingga terhindar dari kebocoran. Adapun cara pembuatan kolam terpal yaitu :
a.       Pasang patok (dari kayu usuk/kayu hidup) berbentuk persegi dengan panjang 5 meter dan lebar 3 meter dengan ketinggian 100 cm (jika sudah ditanam patok yang kelihatan ± 100 cm)
b.      Di sela-sela patok tersebut diberikan lagi beberapa patok tambahan dengan jarak 25 cm dengan ketinggian yang sama
c.       Setelah patok tersebut cukup kuat, lalu pagari/pasang belahan papan (begesting) atau bilah bambu berjajar dari permukaan tanah terus ke atas sampai ketingian 100 - 120 cm.
d.      Agar patok/rangka terpal lebih kuat dapat pula diberikan tumpukan batako pada bagian luar
e.       Jika rangka sudah kuat, maka terpal sudah siap dipasang pada bagian dalam petakan persegi yang telah disiapkan.
f.        Alasi rangka tersebut dengan sekam setebal 3-5 cm untuk menghindari kebocoran dan pengaruh benda tajam dibawahnya.

Setelah rangka selesai dibuat dan cukup kuat, maka terpal sudah dapat dipasang pada bagian dalam rangka. Pemasangan terpal harap hati-hati agar jangan sampai ada terpal yang bocor dan terlipat tidak beraturan. Pertama bentangkan terpal di dalam kotak persegi, kemudian ratakan, lipat terpal persis melekat di dinding/rangka, atur lipatan di setiap sudut supaya kelihatan baik, ikat kuat ujung terpal pada bagian sudut dan atas rangka. Jika masih ada terpal yang kelihatan tersisa, dapat dilipat ke bawah. Untuk memperpanjang jangka usia ekonomis terpal dan juga menjaga stabilitas suhu dalam kolam terpal, maka di atas kolam perlu dibuat pelindung/naungan yang terbuat dari daun kelapa atau plastik/ paranet. Untuk memudahkan sirkulasi keluar masuknya air dalam bak terpal, perlu dibuat/dipasang pipa pengeluaran yang letaknya di salah satu pojok/sudut bak.


Pipa pralon pengeluaran.


III.    Kelemahan Kolam Terpal
Meskipun memiliki beragam keunggulan, bukan berarti kolam terpal merupakan cara terbaik untuk membudidaya ikan lele. Khususnya jika anda ingin membudidaya lele dalam jangka panjang. Kolam yang lebih permanen akan lebih cocok untuk anda yang ingin menjadikan bisnis budidaya lele sebagai pemasukan utama anda.
Berikut beberapa kelemahan kolam terpal dibandingkan dengan kolam tanah maupun kolam beton:
Rawan bocor. Lahan tempat meletakkan kolam terpal harus bebas dari sudut-sudut lancip. Hati-hati juga dalam memberikan pakan tambahan untuk lele, karena terkadang makanan juga dapat menyebabkan kebocoran pada terpal. Hewan pengerat seperti tikus juga senang mengunyah terpal sehingga tikus juga merupakan salah satu penyebab utama bocornya kolam terpal. Terpal juga mungkin tertusuk kawat atau paku dari bambu penegak dinding kolam.
Mudah lapuk karena hujan. Peternak juga harus mencari cara agar bagian luar kolam terpal tidak sering terkena hujan, karena dapat menyebabkan terpal lapuk. Hal ini juga akan mengakibatkan rusaknya terpal sebelum waktunya.
Tidak awet. Usia rata-rata kolam terpal hanya sekitar 2 tahun. Sementara kolam tanah dan kolam beton dapat berusia hingga puluhan tahun selama dijaga agar tidak terlalu berlumut.
Miskin ion-ion dan mineral dari tanah. Salah satu keunggulan kolam tanah adalah karena tanah banyak mengandung mineral renik yang penting bagi nutrisi ikan lele. Tanah juga berfungsi sebagai penstabil ion dalam air. Ketika air kekurangan ion, tanah akan memberikannya. Ketika air kelebihan ion, tanah akan mengikatnya. Ikan yang dibiakkan di kolam terpal mungkin tidak tumbuh sebesar dan secepat ikan yang dibiakkan di kolam tanah kecuali jika pemilik menambahkan zat tambahan seperti mineral ke dalam air kolam terpal.
Air kolam terpal lebih cepat bau. Hal ini disebabkan karena kolam terpal tidak memiliki bakteri yang dimiliki oleh kolam tanah yang berfungsi sebagai perombak bahan organik dan penyuplai mineral bagi bakteri. Perombakan bahan organik yang cepat akan membantu mengurai pakan lele yang tidak habis sehingga tidak berada terlalu lama di dalam air. Kolam terpal akan lebih cepat bau karena proses pembusukan pakan lele yang tidak habis akan memakan waktu lebih lama dan dapat mengurangi kadar oksigen dalam air karena proses pembusukan (oksidasi) membutuhkan oksigen.
Pemilihan jenis kolam tentu akan sangat bergantung pada tujuan anda beternak lele. Jika anda mempertimbangkan masalah biaya, mobilitas, dan kemudahan pengembangan, tentu anda akan memilih kolam terpal.
Namun jika prioritas anda adalah kualitas lele, penggunaan kolam dalam jangka panjang, dan anda tipe orang yang tidak mau repot mengganti kolam tiap tahun, dan memiliki budget, maka tentunya anda akan memilih kolam yang lebih permanen seperti kolam beton atau kolam tanah.

Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal

Untuk mendapatkan lele yang berkualitas dan hasil yang memuaskan maka kondisi kolam harus disesuaikan dengan habitat yang disukai lele. Oleh karena itu, kolam terpal yang telah dibuat harus disesuaikan terlebih dahulu. Bibit lele yang baru dibeli juga harus diadaptasikan dan diberi perlakuan sebelum dimasukkan ke dalam kolam.
 a.     Penebaran Benih
Untuk pengkajian budidaya lele dalam terpal, kita tidak menggunakan media Lumpur, dalam hal ini kita langsung memasukan air dari sumber kedalam bak terpal, dengan urutan sebagai berikut :
a.       Kedalaman air yang digunakan 25 cm - 50 cm ( tinggi/selisih antara permukaan air dan terpal minimal 20 cm). dengan adanya selisih jarak tersebut diharapkan lele tidak meloncat keluar kolam. Setelah air penuh, kemudian diberikan garam dapur 25 gr/m3 air dan air perasan kunyit.
b.      Bila perlu diberi pupuk kandang awal dilakukan 2 minggu sebelum tebar dengan dosis pupuk kandang yang diberikan yaitu dengan dosis 500 - 700 gr/m2 atau dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, SP 36 20 gram/m2 dan ammonium nitrat 15 gram/m2.
c.       Untuk tahap awal dan mempertahankan kualitas air, perlu diberikan probiotik 10 ml/m3 air dengan tujuan untuk mempercepat penguraian bahan organik dan juga diberikan garam ikan sebanyak 2 kg/bak dengan tujuan sterilisasi dan membunuh bibit penyakit yang ada dalam air.
d.      Untuk pupuk kandang sebaiknya diberikan dengan cara digantung menggunakan karung atau jaring yang bertujuan agar hanya sari-sari pupuk saja yang keluar, sedangkan ampasnya tidak ikut keluar, dimana ampas pupuk dapat juga mengotori kolam yang pada gilirannya nanti dapat menjadi media penyebaran penyakit.
e.       Kolam terpal siap untuk digunakan setelah 3 - 5 hari proses pemupukan dan persiapan lainnya, dimana pada saat itu plankton didalam air diharapkan sudah tumbuh. Makanan alamiah yang berupa zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga air. Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome), ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
f.        Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.
g.       Selanjutnya disiapkan bibit ukuran 7 - 8 cm dengan padat tebar 300 ekor/m2.Pemeliharaan dalam kolam terpal, sebaiknya tidak menggunakan bibit yang berukuran kecil agar tidak terjadi banyak kematian. Pemakaian bibit berukuran lebih besar akan lebih baik dan waktu pemeliharaan lebih cepat (misalnya 2,5 bulan sudah mencapai ukuran layak dikonsumsi). Bibit yang baru dibeli (baru tiba) jangan langsung dimasukkan ke dalam kolam. Bibit yang ada dalam bungkusan kantong plastik tersebut harus dituangkan bersama airnya ke dalam ember. Kemudian setiap satu jam ditambahkan air dari kolam ke dalam ember tersebut. Penambahan air tersebut dilakukan hingga 3 kali. Tujuannya, agar bibit lele dapat beradaptasi dengan suhu air dalam kolam.
h.       Setelah itu, bibit yang telah diadaptasikan tersebut dimasukkan ke dalam kolam terpal. Pemberian pakan berupa pelet yang telah dihaluskan dapat diberikan setelah beberapa jam kemudian setelah ikan menyebar diseluruh bagian kolam.
b.    Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan berupa pelet dengan kandungan protein berkisar antara 26-28 %. Pemberian pakan ini dilakukan secara berkala dengan dosis 3-5 % dari bobot total ikan dan frekuensi pemberiannya sebanyak tiga kali sehari (pagi, siang dan sore).
Pemberian pakan buatan (pelet) diberikan sejak benih berumur 2 minggu yaitu pakan berupa bentuk serbuk halus. Penghalusan butiran lebih praktis dengan menggunakan alat blender atau dengan cara digerus/ ditumbuk. Kemudian setelah itu berangsur-angsur gunakan pelet diameter 1milimeter barulah kemudian beralih ke pelet ukuran 2 milimeter (sesuai dengan umur ikan lele). Hal ini dimaksudkan agar pelet dapat dicerna lebih baik dan lebih merata oleh seluruh ikan sehingga meminimalisir terjadinya variasi ukuran ikan lele selama pertumbuhannya.
Kebutuhan pakan lele setiap ekor per hari adalah seberat 3 % dari berat badannya.Berat badan lele pada usia 65 hari adalah 120 - 125 g. Dengan demikian, dalam satu kilogram akan berisi 7 - 8 ekor lele.
Dengan tingakat Konversi pakan 0,85 : 1, maka pakan yang dibutuhkan selama masa pemeliharaan satu periode tanam (65 hari) dan tingkat mortalitas sebesar 10 % adalah 344,25 kg.
Sebagai alternatif untuk mencukupi kebutuhan pakan lele, sebaiknya diberikan pakan substitusi seperti dedak halus, limbah dapur, rayap, keong mas (siput murbei) bahkan bangkai ayam.
Jika di lingkungan sekitar terdapat sawah yang dipenuhi oleh keong mas maka hama tanaman padi tersebut dapat dimanfaatkan untuk pakan substitusi, sedangkan pakan substitusi seperti limbah dapur dapat diperoleh dari warung-warung nasi atau restoran. Untuk mengumpulkan limbah tersebut, sebaiknya disediakan tempat (ember) limbah yang dapat diambil setiap waktu. Demikian pula, jika di lingkungan sekitar terdapat peternakan ayam. Ayam-ayam yang mati dapat digunakan untuk pakan lele. Pakan substitusi ini mulai diberikan pada saat lele berusia satu bulan. Bangkai ayam yang digunakan untuk pakan harus masih segar (belum berbau busuk). Kemudian, bangkai tersebut dibakar hingga bulu-bulunya habis. Selanjutnya, badan ayam diikat dengan tali dan dimasukkan ke dalam kolam setelah daging ayam dingin. Ujung atas tali diikatkan pada tiang dinding kolam atau pada bambu/kayu yang dipalangkan di bagian atas lebar kolam. Hal ini bertujuan agar tulang-tulang ayam mudah diambil dan tidak bertebaran di sekeliling dasar kolam.
Pakan dari keong mas diberikan dengan cara mencacahnya terlebih dahulu. Setelah dicacah, keong mas dimasukkan ke dalam ember dan direndam beberapa saat dengan air mendidih. Setelah itu, air di dalam ember dibiarkan hingga menjadi dingin kemudian dimasukkan ke dalam kolam sesuai dengan kebutuhan.
c.   Pemeliharaan
Pemeliharaan lele di kolam terpal pada umumnya tidak berbeda dengan perawatan di kolam lainnya. Beberapa perawatan lele yang perlu diperhatikan dalam kolam terpal adalah sebagai berikut.
1)      Penambahan air dalam kolam Terpal
Bila air dalam kolam terpal berkurang karena proses penguapan maka tambahkan air hingga tinggi air kembali pada posisi normal. Penambahan air dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu, misalnya satu minggu sekali. Panambahan air dilakukan apabila ketinggian air dalam bak terpal berkurang/kurang dari ketinggian yang diharapkan (dalam setiap penambahan, air perlu ditambah setinggi 10 - 15 cm sehingga kualitas air tetap terjaga). Jika air didalam kolam berkurang perlu ditambahkan hingga ketinggian normal kembali
2)      Tanaman pelindung dalam kolam
Tanaman pelindung di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari terik sinar matahari dan juga sebagai makanan tambahan bagi lele. Selain itu, tanaman juga dapat mengisap kotoran di dalam air.
Jenis tanaman pelindung/tanaman air yang biasa digunakan yaitu kapu-kapu dan enceng gondok. Dalam satu kolam cukup dipilih salah satu tanaman tersebut. Jumlah tanaman di dalam kolam dibatasi hingga sepertiga bagian dari luas permukaan air kolam. Pertumbuhan akar eceng gondok pun harus dibatasi dan harus dikurangi secara berkala. Untuk membatasi pertumbuhannya yaitu dengan memberi pembatas berupa bambu yang diapungkan dan diberi tali serta bandul batu pada kedua ujungnya. Cara ini dilakukan selain tanaman tampak rapi juga agar sinar matahari dapat masuk ke dalam kolam. Cahaya matahari dibutuhkan dalam proses pertumbuhan lele. Tanaman air di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari terik sinar matahari dan makanan tambahan
 d.      Panen
Lele dipanen pada umur 65 hari, waktu panen diusahakan pada pagi atau sore hari yaitu pada waktu cuaca tidak panas dan suhu stabil (tidak begitu tinggi). Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 100 gram/ekor.
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan. Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring. Setelah dipanen, biarlah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1- 2 jam (untuk pengangkutan jarak dekat) dan diberok selama semalam (untuk pengangkutan jarak jauh) dengan tujuan agar feses atau kotoran ikan keluar sehingga dapat lele tidak stress dan dapat mutu dan kualitas dapat dipertahankan.

e.      Pengangkutan dan Pemasaran
Setelah dipanen, sebaiknya lele langsung dipasarkan dalam keadaan hidup (segar). Adapun cara pengangkutan yang dapat digunakan adalah dengan system terbuka dan tertutup. Kalo menggunakan sistem terbuka sebaiknya menggunakan alat berupa tong/drum/bak. Untuk menguragi kematian selama perjalanan akibat perubahan suhu yang signifikan maka pada wadah tong/bak ditambahkan bongkahan es yang dibungkus plastik. Cara pengangkutan ini dapat dilakukan apabila jarak angkut cukup dekat atau waktu pengangkutan tidak lebih dari 4 jam.
Kalau menggunakan sistim tertutup, maka harus disediakan oksigen dalam jumlah yang cukup. Caranya siapkan kantong plastik, berikan air ¼ bagian dari kantong, isikan lele sebanyak 2-3 kg/kantong, berikan oksigen 2/3 bagian dari kantong. Pengangkutan sistim ini dilakukan apabila jarak angkut lebih dari 5 jam.


sumber dari : pondoklele.blogspot.com